31.5.07

Kenangan Kereta Api


Sejak kecil, saya terpesona dengan kereta api.

Ular beroda besi yang
dengan setia menyusuri rel-rel panjang dengan tak kenal lelah. Kerap kali saya bertanya, apakah rel-rel itu merasa kesepian? Menyusuri banyak tempat. Hutan, gunung, terowongan. Apakah sepasang rel itu pernah berbicara satu sama lain? Ah, entahlah.

Saya ingat, saat kecil saya beberapa kali pergi ke kota Malang naik kereta api. Sebenarnya, tidak benar-benar naik kereta api ke Malang. Saya dan keluarga naik kereta api ekonomi bernama Purbaya. Berangkat kira-kira jam enam pagi dari Stasiun Purwokerto. Kami akan turun di Stasiun Kertosono, timur kota Ngawi. Di Stasiun Kertosono inilah, rel jalur selatan akan bercabang. Ke kiri ke arah Surabaya, dan ke kanan ke arah Blitar, lalu Malang.

Tapi tidak, kami tidak meneruskan perjalanan ke Malang memakai kereta. Kami mencapai Malang memakai bus. :D

Kereta Purbaya sungguh jelek. Cat biru berpadu merah yang kusam dan atap yang menghitam. Kaca jendelanya pun pecah di sana sini. Melangkah ke dalam, ada bangku dengan busa yang tipis. Tanpa sandaran kepala. Hanya papan yang jadi bagian dari kursi dengan tinggi melebihi kepala.

Kamar mandinya pesing. Lantainya jauh dari kata bersih. Ditambah lagi, sepanjang perjalanan bakal banyak pengamen dan pedagang asongan. Jalannya lambat, seringkali dipaksa menunggu kereta dengan kelas lebih tinggi jika berlintasan. Gurauan kami dulu, di mana ada stasiun, di situ Purbaya akan berhenti dan menunggu kereta dari arah berlawanan melintas dahulu.

Beranjak dewasa, saya masih dan makin mencintai kereta api.

Saat sekolah menengah pertama dan menengah atas, saya beberapa kali pergi ke Yogyakarta. Berangkat pagi-pagi. Tak lagi menumpang Purbaya yang sudah almarhum. Kini ada reinkarnasinya, bernama KA Logawa. Tiket Purwokerto-Yogya dulu tiga ribu Rupiah (sekarang tarifnya dua puluh ribu Rupiah). Pulang dari Yogya sore hari, menumpang kereta yang sama, Logawa (tapi berbeda rangkaian, karena kereta ini berangkat dari Jember).

Suara lokomotif dan peluit petugas stasiun yang khas tak jarang terngiang di telinga. Kadang, saya melewatkan beberapa jam nongkrong di Stasiun. Ngapain? Tidak ngapa-ngapain. Hanya duduk, memandang rangkaian gerbong-gerbong yang datang dan pergi. Mengagumi keperkasaan lokomotif tua seri CC, dan juga menatap lekat-lekat lokomotif baru seri DD.

Menyaksikan para penumpang yang naik dan turun. Ada penumpang yang bersih parlente turun dari kereta kelas Argo. Ada pula bapak-bapak tua yang kumal turun dari kereta ekonomi yang buluk. Pun, ada mbok-mbok pedagang pecel lontong menjajakan jualannya. Waktu pun serasa terhenti di atas rel-rel perkasa itu.

Di dekat kantor saya, ada pintu perlintasan kereta api yang setiap hari saya lewati saat berangkat dan pulang kerja. Mungkin Anda akan merasa sebal kalau harus menunggu kereta lewat. Tapi saya justru senang bukan kepalang bila harus menunggu.

Matikan mesin motor, lalu bersandar di setang motor. Menatap si ular besi melintas. Ada kereta yang lewat dengan cepat, ada juga yang pelan. Menjejakkan roda-roda besi ke rel-rel baja. Menyenangkan sekali. Lokomotif, gerbong-gerbong renta, bau khas itu. Ah, romantisme saya pun melayang kembali ke masa lalu...

26.5.07

Satu Warsa Bencana Itu



Ah... satu warsa sudah. Gempa itu. Bencana, mimpi buruk itu. Pagi-pagi buta, kami diguncang keras. Dibangunkan dari lelap tidur kami. Berlarian, berhamburan menyelamatkan diri.

Bencana memang tak pernah bisa diduga. Saat itu, kamilah yang sedang disapa olehnya. Ia menerjang tak terhalang. Ia rontokkan rumah, gedung, juga sekolah. Ia remukkan temboktembok perkasa.

Lebih dari enam ribu nyawa terkorban. Puluhan ribu luka-luka. Ratusan ribu lainnya kehilangan atap tempatnya berteduh. Yang paling pedih, luka itu bagaikan menahun. Masih membekas di sanubari kita.

Ah... satu warsa sudah. Kita ditegur oleh-Nya. Bahwa kita hanya manusia. Lemah, tak berdaya. Kita kerapkali ditelan oleh kesombongan dan ego kita. Kita alpa. Kita lupa bagaimana cara menyapa tetangga, kita lupa bagaimana membantu orang-orang sekitar kita. Sang Khalik telah meminta kita menoleh.

Tapi satu warsa, dua tiga warsa, satu abad sekalipun, sepertinya tak berarti bila kita tak mengambil hikmah dari bencana.

Kini, saatnya kita bangkitkan Jogja. Jalin kebersamaan dengan lebih erat. Bahu membahu membangun Jogja menuju arah yang lebih baik.

Tak lupa teriring juga ucapan beribu terimakasih untuk semua yang telah sudi mengulurkan tangan. Hanya Tuhan yang bisa membalasnya.

Salam dari Jogja.

22.5.07

When You're Turning Two


Sayang...
Tak banyak yang bisa kami berikan padamu
saat kau menginjak usiamu yang kedua


hanya sekedar doa

yang tak henti kami panjatkan setiap malam, juga siang

Sayang...

Kami pasti bukanlah orangtua idaman
tapi percayalah
kami hanya ingin membuatmu bahagia

di tengah peradaban yang makin tidak jelas ini

Sayang...
Maaf bila kami seringkali membuatmu sedih
yakinlah, tak ada setitikpun niat untuk itu

Akhirnya,
hanya ucapan ini yang bisa kami hantarkan untukmu

Tertanda,
Ayah dan Ibu

-----------
Tambahan: sayang Ei ndak mau liat kamera. Sebab dia sibuk merhatiin kue ultah yang masih ada lilinnya di sebelah kirinya

15.5.07

Yang Tersisa Dari Sebuah Pertemuan


Awalnya terasa lucu. Saya mengenal blogger satu ini dari orang lain. Padahal, kami sama-sama satu kampus. Tetangga, lagi.

Dasar blogger frustasi gara-gara nggak selesai-selesai skripsi, gojegkere dan guyongoblog pun berlanjut di media Y! Messenger. Siang malam, pagi sore, sering sekali saya bertemu dengan seleb blog satu ini di ruang maya. Yang saya tahu, dia itu setan penunggu salah satu lab di Fakultas TP UGM. Sementara, di dunia nyata, saya belum pernah sekalipun bertemu tokoh yang gagah seperti Werkudoro dan ganteng seperti Arjuno ini.

Maka, Ahad (13 Mei 2007) sore itu, kami sepakat bertemu. Jadilah ia meluncur menuju lapak saya di bilangan Baciro. Di sini, saya dan eblis perempuan yang juga sudah berkenalan dengan bung Anto ini menunggu.

Setelah sempat mampir sejenak ke sebuah hotel untuk menculik mengajak seorang pengeblog dari Ibukota, akhirnya saya, Fame, seleb blog dan blogger tamu ini mengayun langkah menuju angkringan Tugu yang konon angkringan paling top se-dunia akhirat se-Jogja.

Ditambah kedatangan Ekowanz yang cool abis, gojegkere dan guyongoblog kali ini lebih nikmat, saudara-saudara. Ditemani beberapa bungkus nasi kucing dan beberapa gelintir gorengan serta es teh, obrolan pun mengalir. Kontennya, tak jauh-jauh dari dunia blog. Membicarakan si anu yang belum lulus, si fulan yang ternyata pacarnya si itu, si bunga yang blogger anonim, sampai ke gojegan ra mutu soal smiley. Halah!

Meski kemudian bintang tamu kita harus kembali ke alamnya hotel, suasana justru tambah panas berkat kehadiran blogger senior yang skripsinya juga belum kelar pantas dianugerahi bapak blogger Jogja menyaingi Enda Nasution. Bapak blogger satu ini meluncur langsung dari Solo dan kemudian menghadiahi kita lelucon-lelucon wagu tur saru, serta memamerkan 1 bolpen pemberian Roy Suryo. Huhuhuhu.

Acara di angkringan Lik Man ditutup dengan membaca hamdallah bersama sesi foto. Salah satunya yang membuat mati gaya adalah 6 photo shot secara berurutan dari kamera Tobil yang dicantelkan di tripod.


Tak cukup puas di angkringan, gangbang acara kopi darat dan gojegkere itu berlanjut di Jalan Pacar No 1 Baciro. Ngobrol seru soal dunia blogging, tentang hosting, tentang desain, dan nggedabrus soal topik ndak mutu lainnya.

Inilah klimaksnya. Dengan berbekal kalimat ajaib kusir Andong bahwa "Blogger itu narsis", akhirnya kami foto-foto (lagi). Ternyata, selain hobi jengjeng, Matriphe juga jago ngulik kamera. Hasilnya? Mantaf! Pencahayaan yang minim justru jadi kekuatan untuk menghasilkan foto yang lembut dan romantis.


Tak sadar, jam sudah menunjukkan waktu pukul 11 malam. Hanya satu jam sebelum hari berganti. Balapan seru di Spanyol dan partai terakhir Liga Inggris pun terlewatkan. Tak apalah. Yang penting senang bertemu manusia-manusia yang selama ini hanya dikenal lewat dunia maya. Sekarang, ayo pulang!!!

More than anything, it was a nice evening, friends!

---------------
Tulisan lain bisa didapat di sini:
http://cyapila.com/blog/2007/05/14/bertemu-celeb-blog/

juga di sini:
http://jengjeng.matriphe.com/index.php/2007/05/14/detik-detik-di-angkringan-detik.html

dan, di sini:
http://antobilang.wordpress.com/2007/05/14/kopdar-dab/

11.5.07

The Hollow Men


Between the conception
And the creation
Between the emotion
And the response
Falls the Shadow
Life is very long

(The Hollow Men, T.S. Elliot. 1925)


-----------
karya Piet Mondrian berjudul Composition with Yellow, Blue, and Red

10.5.07

Wish Me (Not To End Up With Her In Bed) -- Part Deux


(21:12:07)Me: boss...
(21:12:09)Me: lg sibuk yak?
Buzz!!
(21:20:13)Mike: woi
(21:20:15)Mike: sorry, td lg ke tiolet :D
(21:20:18)Mike: toilet, i mean
(21:20:21)Mike: ada apa ton? penting kah?
(21:20:28)Me: gak juga sih bro...
(21:20:31)Me: butuh temen ngobrol aja :p
(21:20:36)Mike: hmmm :-? gw rada curiga neh...
(21:20:40)Mike: ada hubungannya sama chat kita minggu kemaren?
(21:20:44)Me: tau aja lu! lu dukun ya? :))
(21:20:47)Mike: :)) gw gituuuuuuuuu
(21:20:50)Me: iya mike, ini masih soal nina
(21:20:55)Me: gw akhirnya end up with her in bed!! *anjrittttttt :(
(21:21:58)Me: berat bgt gw ngakunya...
(21:21:00)Mike: wogh... :o :o :o *ternganga
(21:21:03)Mike: you drop my jaw onto the floor!
(21:21:07)Mike: gmn critanya bos?
(21:21:10)Me: gw sih sebenernya rada males ceritain di sini...
(21:21:12)Me: yg paling penting, gw ma nina janji, ini jd yg pertama jg terakhir!!!
(21:21:18)Me: kita sama2 tau, ini gak bisa diterusin :D
(21:21:21)Mike: one night stand?
(21:21:23)Me: a sort of... hehehe
(21:21:25)Me: yg gw rada kuwatir
(21:21:28)Me: keknya karin ngrasa ada sesuatu
(21:21:33)Mike: kok?
(21:21:36)Me: iya, jd dia tiba2 telpon gw... nanyain: mas, kamu gak macem2 kan?
(21:21:40)Me: jeder!! gw kaget asli, sumpah! :-ss
(21:21:43)Me: untungnya gw pinter sandiwara :D jadi ga keliatan klo kaget
(21:21:47)Me: ya gw tentu aja sukses ngeles
(21:21:50)Mike: dasar lu! setan >:)
(21:22:00)Mike: menurut gw sih, wajar dia kerasa... biasanya org yg strongly connected itu ngerasa kok
(21:22:07)Mike: apalagi cewek ton, feelingny tajem bener... :)
(21:22:10)Me: ooooo... gw malah baru ngeh neh,...
(21:22:15)Me: arghhhhhhhhhhhhhhh gw makin feeling guilty... :(
(21:22:17)Mike: salah lu sendiri :p
(21:22:30)Mike: ton, woi...
Buzz!!
(21:26:00)Me: sori mike, bos abis telpon
(21:26:04)Me: dah dulu ya... gw disuruh ke rumah dia skarang, ada klien penting katanya
(21:26:10)Me: shit bgt tuh bos gw! gak suka bgt liat anak buahnya sante dikit! X(
(21:26:14)Me: malem2 gini masih disuruh kerja....
(21:26:18)Me: oke ya mike, lu minggu dpn dah di jkt kan?
(21:26:24)Mike: yups... minggu dpn :D
(21:26:28)Me: oke deh, gw bakal cerita banyak soal ini ke elo ;)
(21:26:30)Me: bye...
(21:26:33)Mike: sip! bye jg

---------------------------
gambar di atas adalah lukisan Edvard Munch yang berjudul The Scream

8.5.07

Tukul Ads, Easy Ads


Kisah kesuksesan Tukul 'Reynaldi' Arwana sudah banyak yang tahu. Acara Empat Mata yang dipandunya di sebuah televisi swasta menangguk sukses besar. Empat Mata ditayangkan striptease stripping dari Senin sampai Jumat tiap pekan. Hanya Senin dan Jumat yang rekaman. Sisanya live.

Tukul pun angkat nama sebagai pesohor paling laris untuk saat ini. Selain jadi presenter, penghibur asal Perbalan, Semarang ini juga laku terpakai sebagai hiasan dinding dan gantungan kunci bintang iklan.

Namun, dari iklan-iklan yang menjual nama Tukul sebagai aktor utama, saya menemukan pola-pola yang sama. Saya bukan praktisi pertukulan periklanan, tidak pula pernah bekerja di biro jodoh iklan jadi mohon maaf bila analisis saya jenius ngawur pol.


Tukul membintangi produk-produk iklan mulai dari minuman suplemen pria hingga pewarna rambut, bahkan juga obat batuk. Mirisnya, mayoritas dari iklan yang dibintangi Tukul hanyalah sebuah reproduksi dan bahkan copy-paste dari apa yang sudah ditampilkannya di panggung Empat Mata selama lebih dari satu setengah jam per hari.


Kata-kata temuan Tukul seperti "puwas, puwas?", "ndeso, katrok, culun", "kembali ke laptop" dan lain-lainnya juga ikut laku ditajakan di ruang advertensi. Tak lupa juga gayanya, gestur tubuhnya, serta mungkin kumis lele-nya ikut direproduksi.


Ingat-ingat lagi saat Tukul memegang dongkrak mobil di iklan suplemen pria. Ia berucap di iklan itu: "kembali ke..." dan lalu ditutup dengan kata-katanya yang lain: "puwas, puwas".


Lalu, ada juga iklan pewarna rambut yang menggambarkan Tukul sedang memandu acara di studio. Bintang tamunya "kembaran-kembaran" Tukul yang memakai rambut warna-warni. Tak sulit menghubungkan iklan itu adalah reka ulang dari acara Empat Mata.

Terakhir, iklan obat batuk produk dari sebuah perusahaan multinasional. Kalimat "sobek sobek!" dipakai dalam reklame untuk produk obat batuk dalam sachet tadi. To make things clearer, bahkan ilustrasi musik latarnya adalah ilustrasi musik Empat Mata.


Saya melihat, terjadi kemandekan kreativitas dari biro iklan yang menangani produk-produk yang memakai Tukul sebagai bintangnya. Saya tidak tahu, pembuatan iklan hanya dengan sekedar meng-copy paste kata-kata brand Tukul tadi adalah kemauan dan niat biro iklan yang dimaksud, atau malah datang dari klien yang begitu memaksanya mendompleng ketenaran dan keajaiban kata-kata yang diucapkan Tukul (Seringkali memang biro iklan harus tunduk kepada kemauan klien. Mau bagaimana, wong mereka yang punya duit kok).

Apakah biro iklan cari gampangnya? Entahlah. Saya tidak tahu isi dompet otak dan perut para copywriter dan creative director di biro-biro iklan yang namanya lucu-lucu itu. Tapi yang jelas, saya melihat memang kecenderungannya adalah: "Tukul ads, easy ads". Tak perlu memikirkan konsep yang njlimet-njlimet. Eksekusi pun bisa seadanya. Tinggal comot kalimat Tukul, tingkahnya, dan bahasa tubuhnya dari sana-sini. Lantas, cocokkan dan utak-atik gathuk dengan produk yang bersangkutan. Dan, jrennnggg, jadilah sebuah iklan dengan bintang Tukul Arwana yang sedang cerlang cemerlang di jagat hiburan negeri ini.

-----------------------
*saya tidak mampu menemukan judul dalam Bahasa Indonesia yang mampu mewakili isi ocehan saya ini
**semoga tulisan saya tidak dibaca Triawan Munaf

4.5.07

Wish Me (Not To End Up With Her In Bed)


Percakapan dini hari
(03:52:03)Me: Buzz!!

(03:52:07)Mike: yoha...ada apa bro?
(03:52:09)Mike: tumben pagi2 gini OL
(03:52:12)Me: gak ada apa2 mike...
(03:52:14)Me: iseng aja
(03:52:19)Me: lg ada garapan nih...lembur deh :D
(03:52:22)Mike: ooo...proyek lg?
(03:52:26)Me: iya...nih lg gambar2...gw stuck :p
(03:52:30)Me: btw, lu kapan balik indon mike?
(03:52:40)Mike: mungkin baru 2 minggu lg, Ton
(03:52:43)Mike: istri gw baru dpt cuti dr bosnya tanggal2 itu
(03:52:45)Mike: kalo gw sih dah diijinin dr kemaren2
(03:52:50)Me: ooo...
(03:56:09)Mike: Buzz!!
(03:56:12)Mike: masih di situ lu Ton?
(03:56:20)Me: iya bos... :D
(03:56:22)Me: gw lg pusing nih mike
(03:56:25)Mike: knp?
(03:56:27)Me: lu tau Nina kan? temen sekantor gw yg dulu pernah gw kenalin jg ke elu?
(03:56:30)Mike: ya ya...knp dgn nina ton?
(03:56:32)Me: jd gini mike...lu tau kan gw akrab bgt ma dia? kmrn2 abis kita menang proyek gituh, anak2 kantor gw pergi party bareng ke diskotik gt deh
(03:56:42)Mike: so, u make love to her? =))
(03:56:45)Me: enak aja lu! X(
(03:56:47)Me: nah di situ doi lengket banget ma gw...
(03:56:50)Me: sampe akhirnya kita ciuman
(03:56:53)Mike: :O :O :O hah?
(03:56:56)Mike: tp lu ML ga?
(03:56:59)Me: gak lah...gila apa lu?
(03:57:02)Me: dia kan dah punya suami mike...
(03:57:04)Me: n bntar lg gw jg mau kawin
(03:57:06)Me: gw ngrasa bersalah sama Karin mike..
(03:57:08)Me: gw selingkuh gak sih mike? :(
(03:57:12)Mike: menurut gw sih belum Ton...tp mengarah ke situ :D
(03:57:14)Mike: jd u keep the line aja lah. lu kan 2 bulan lg mau kawin.
(03:57:20)Me: hmmmm
(03:57:24)Me: gt yah mike?
(03:57:30)Mike: gw saranin sih elu jaga jarak ma dia
(03:57:32)Mike: kecuali...
(03:57:34)Me: kecuali apa?
(03:57:38)Mike: kecuali emang lu mupeng ama dia! =))
(03:57:44)Me: taik lu mike! =))
(03:57:45)Mike: =))
(03:57:50)Me: di London jam brapa sih skrg?
(03:57:56)Mike: hampir jam 9 malem...gw bntar lg mao cabut, tinggal beresin bbrp kerjaan lg...capek bgt seharian gw
(03:58:02)Me: ooo...
(03:58:04)Me: kalo gt gw cabut aja mike...
(03:58:06)Me: met reha...
(03:58:07)Me: rehat
(03:58:09)Me: wish me ya...???
(03:58:12)Mike: wish u what?
(03:58:18)Me: not end up with her in bed! :p
(03:58:20)Me: huahahahahaha =))
(03:58:22)Mike: oke deh ;))
(03:58:24)Me: bye Mike, cu in Jakarta
(03:58:28)Mike: oke... bye :-h

2.5.07

Salah Impresi


Don't judge a book by its cover. Kita semua tahu ungkapan lama itu.

Tapi, beberapa waktu belakangan kalimat itu tak lagi cukup.

Maksud saya, ketika kita sudah tidak sekedar memandangi kovernya, tapi kemudian juga sudah membaca isinya (meski sedikit). Kemudian impresi yang kita dapatkan dari melihat kover dan membaca (sebagian) isi buku itu ternyata tak sepenuhnya benar atau bahkan keliru sama sekali?

Pernahkan Anda merasa telah salah menangkap kesan tentang seseorang? Padahal Anda sudah berusaha mematuhi credo "don't judge a book by its cover". Nah!

terimakasih buat Bungky yg ngobrol di YM sambil terkantuk-kantuk hingga jam 11.30 malam

1.5.07

10 Makanan Wajib di Kota Purwokerto (Bagian 2-habis)


Mari melanjutkan jalan-jalan kita mencari keunikan kuliner kota Purwokerto.
6. Ayam Goreng Eco Niki

Ayam gorengnya renyah di luar tapi empuk di dalam. Dipadu dengan sambal yang tidak terlalu pedas untuk ukuran saya (tapi dibilang pedas untuk istri saya). Selain itu, di sini juga disediakan kremesan yang garing. Kremesan ini bisa dinikmati bersama ayam dan nasinya, atau sekedar dijadikan camilan seperti halnya kerupuk.

Di mana? Temukan ayam goreng Eco Niki di depan SMU Negeri 4 (arghhh lagi-lagi, saya lupa nama jalan), di samping markas travel Bob Mila.
Berapa? Untuk sepotong ayam, harganya Rp 6000 saja.

7. Kripik Tempe
Kripik tempe Purwokerto berbeda dengan kripik tempe dari tempat lain. Kripik tempe Purwokerto berukuran sedikit lebih besar dari kripik tempe Malang, misalnya. Lalu, bila kripik tempe lain menggunakan bumbu jintan, kripik tempe Purwokerto tidak. Rasanya gurih. Selain sebagai teman minum, bisa juga dijadikan lauk makan.

Di mana? Kripik tempe, yang terbaik adalah yang dibikin tetangga belakang rumah saya di Gandasuli, Karang Pucung. Kripik produk tetangga saya ini, dijamin baru digoreng. Tapi, Anda bisa juga menemukannya di pusat oleh-oleh. Misalnya, pusat oleh-oleh Ny Sutrisno (Belong) yang terletak di belakang Moro Grosir.
Berapa? 1 bungkus kripik berkisar Rp 3.000-5.000.

8. Mie Palma
Mie goreng/rebus dan nasi goreng gampang ditemukan di mana-mana. Tapi Mie Palma ini istimewa. Mie gorengnya memakai mie yang lebar (kwetiaw). Lalu, dimasak di atas tungku arang. Panasnya merata. Bumbunya pun sudah tercium harus saat dicemplungkan dalam wajan. Saat mie dimakan, rasanya benar-benar mantap!

Di mana? Mie Palma mangkal di depan Fuji Film di perempatan Jl. Jenderal Sudirman dengan Jl. Kol Sugiono. Perempatan ini disebut perempatan Palma.
Berapa? Harga satu porsi mie goreng/rebus atau nasi goreng adalah Rp 8.000.

9. Getuk Goreng
Ini dia, satu makanan yang tidak ditemukan di tempat lain. Berawal dari kreasi Sanpirngad berpuluh-puluh tahun lalu (saya belum lahir waktu itu :p), yang menggoreng getuk buatannya agar tidak basi dan bisa dimakan buat esok hari. Ternyata getuk goreng ini disukai orang, sehingga lalu dijual. Pada dasarnya, getuk biasa yang terbuat dari singkong dan gula merah, lalu digoreng dalam bentuk bulatan-bulatan sebesar batu.

Di mana? Di sepanjang jalan raya Sokaraja yang menuju Semarang atau Yogyakarta, bertebaran toko-toko yang menjual getuk goreng. Atau sekali lagi, bisa juga ditemukan di toko oleh-oleh.
Berapa? Satu bungkus getuk goreng yang dikemas dalam bentuk besek (dari anyaman bambu), bisa diperoleh dengan harga Rp 5.000-8.000.

10. Es Jorok
Saya bingung, entah kenapa tempat ini diberi nama es jorok? Tapi, tenang saja, meski namanya es jorok, es buah dan es campur ini tidak jorok. Tempatnya cukup bersih meski rada kecil. Rasa es buah atau es campur yang disiram susu coklat di atasnya akan membuat kerongkongan yang kering terasa sejuk.

Di mana? Warung es jorok berada di Jalan Riyanto, Sumampir, sedikit di sebelah utara kampus Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto.
Berapa? Jika Anda punya uang Rp 4.000, Anda sudah bisa menikmati satu mangkuk penuh es jorok yang nikmat ini.

Nah...itulah sepuluh makanan yang merupakan bagian dari kekayaan kuliner kota Purwokerto. Meski ada yang khas, mungkin ada beberapa makanan yang bisa ditemukan di kota-kota lain. Tapi percayalah, jenis kuliner di kota Purwokerto memiliki keunikan tersendiri yang patut dicoba.

Mungkin ada beberapa makanan yang terlewat dan tidak sempat terlintas di benak saya. Jadi, bila ada waktu nanti, saya mungkin masih akan menulis tentang makanan-makanan lain di kota Purwokerto.
---------------------
+foto getuk goreng dicomot dari sini