Kisah kesuksesan Tukul 'Reynaldi' Arwana sudah banyak yang tahu. Acara Empat Mata yang dipandunya di sebuah televisi swasta menangguk sukses besar. Empat Mata ditayangkan striptease stripping dari Senin sampai Jumat tiap pekan. Hanya Senin dan Jumat yang rekaman. Sisanya live.
Tukul pun angkat nama sebagai pesohor paling laris untuk saat ini. Selain jadi presenter, penghibur asal Perbalan, Semarang ini juga laku terpakai sebagaihiasan dinding dan gantungan kunci bintang iklan.
Namun, dari iklan-iklan yang menjual nama Tukul sebagai aktor utama, saya menemukan pola-pola yang sama. Saya bukan praktisipertukulan periklanan, tidak pula pernah bekerja di biro jodoh iklan jadi mohon maaf bila analisis saya jenius ngawur pol.
Tukul membintangi produk-produk iklan mulai dari minuman suplemen pria hingga pewarna rambut, bahkan juga obat batuk. Mirisnya, mayoritas dari iklan yang dibintangi Tukul hanyalah sebuah reproduksi dan bahkan copy-paste dari apa yang sudah ditampilkannya di panggung Empat Mata selama lebih dari satu setengah jam per hari.
Kata-kata temuan Tukul seperti "puwas, puwas?", "ndeso, katrok, culun", "kembali ke laptop" dan lain-lainnya juga ikut laku ditajakan di ruang advertensi. Tak lupa juga gayanya, gestur tubuhnya, serta mungkin kumis lele-nya ikut direproduksi.
Ingat-ingat lagi saat Tukul memegang dongkrak mobil di iklan suplemen pria. Ia berucap di iklan itu: "kembali ke..." dan lalu ditutup dengan kata-katanya yang lain: "puwas, puwas".
Lalu, ada juga iklan pewarna rambut yang menggambarkan Tukul sedang memandu acara di studio. Bintang tamunya "kembaran-kembaran" Tukul yang memakai rambut warna-warni. Tak sulit menghubungkan iklan itu adalah reka ulang dari acara Empat Mata.
Terakhir, iklan obat batuk produk dari sebuah perusahaan multinasional. Kalimat "sobek sobek!" dipakai dalam reklame untuk produk obat batuk dalam sachet tadi. To make things clearer, bahkan ilustrasi musik latarnya adalah ilustrasi musik Empat Mata.
Saya melihat, terjadi kemandekan kreativitas dari biro iklan yang menangani produk-produk yang memakai Tukul sebagai bintangnya. Saya tidak tahu, pembuatan iklan hanya dengan sekedar meng-copy paste kata-kata brand Tukul tadi adalah kemauan dan niat biro iklan yang dimaksud, atau malah datang dari klien yang begitu memaksanya mendompleng ketenaran dan keajaiban kata-kata yang diucapkan Tukul (Seringkali memang biro iklan harus tunduk kepada kemauan klien. Mau bagaimana, wong mereka yang punya duit kok).
Apakah biro iklan cari gampangnya? Entahlah. Saya tidak tahu isidompet otak dan perut para copywriter dan creative director di biro-biro iklan yang namanya lucu-lucu itu. Tapi yang jelas, saya melihat memang kecenderungannya adalah: "Tukul ads, easy ads". Tak perlu memikirkan konsep yang njlimet-njlimet. Eksekusi pun bisa seadanya. Tinggal comot kalimat Tukul, tingkahnya, dan bahasa tubuhnya dari sana-sini. Lantas, cocokkan dan utak-atik gathuk dengan produk yang bersangkutan. Dan, jrennnggg, jadilah sebuah iklan dengan bintang Tukul Arwana yang sedang cerlang cemerlang di jagat hiburan negeri ini.
-----------------------
*saya tidak mampu menemukan judul dalam Bahasa Indonesia yang mampu mewakili isi ocehan saya ini
**semoga tulisan sayatidak dibaca Triawan Munaf
Tukul pun angkat nama sebagai pesohor paling laris untuk saat ini. Selain jadi presenter, penghibur asal Perbalan, Semarang ini juga laku terpakai sebagai
Namun, dari iklan-iklan yang menjual nama Tukul sebagai aktor utama, saya menemukan pola-pola yang sama. Saya bukan praktisi
Tukul membintangi produk-produk iklan mulai dari minuman suplemen pria hingga pewarna rambut, bahkan juga obat batuk. Mirisnya, mayoritas dari iklan yang dibintangi Tukul hanyalah sebuah reproduksi dan bahkan copy-paste dari apa yang sudah ditampilkannya di panggung Empat Mata selama lebih dari satu setengah jam per hari.
Kata-kata temuan Tukul seperti "puwas, puwas?", "ndeso, katrok, culun", "kembali ke laptop" dan lain-lainnya juga ikut laku ditajakan di ruang advertensi. Tak lupa juga gayanya, gestur tubuhnya, serta mungkin kumis lele-nya ikut direproduksi.
Ingat-ingat lagi saat Tukul memegang dongkrak mobil di iklan suplemen pria. Ia berucap di iklan itu: "kembali ke..." dan lalu ditutup dengan kata-katanya yang lain: "puwas, puwas".
Lalu, ada juga iklan pewarna rambut yang menggambarkan Tukul sedang memandu acara di studio. Bintang tamunya "kembaran-kembaran" Tukul yang memakai rambut warna-warni. Tak sulit menghubungkan iklan itu adalah reka ulang dari acara Empat Mata.
Terakhir, iklan obat batuk produk dari sebuah perusahaan multinasional. Kalimat "sobek sobek!" dipakai dalam reklame untuk produk obat batuk dalam sachet tadi. To make things clearer, bahkan ilustrasi musik latarnya adalah ilustrasi musik Empat Mata.
Saya melihat, terjadi kemandekan kreativitas dari biro iklan yang menangani produk-produk yang memakai Tukul sebagai bintangnya. Saya tidak tahu, pembuatan iklan hanya dengan sekedar meng-copy paste kata-kata brand Tukul tadi adalah kemauan dan niat biro iklan yang dimaksud, atau malah datang dari klien yang begitu memaksanya mendompleng ketenaran dan keajaiban kata-kata yang diucapkan Tukul (Seringkali memang biro iklan harus tunduk kepada kemauan klien. Mau bagaimana, wong mereka yang punya duit kok).
Apakah biro iklan cari gampangnya? Entahlah. Saya tidak tahu isi
-----------------------
*saya tidak mampu menemukan judul dalam Bahasa Indonesia yang mampu mewakili isi ocehan saya ini
**semoga tulisan saya
3 comments:
disatu sisi karena itu udah jadi imagenya tukul..ya sekalian dipake buat promosi produk!
disatu sisi emang males nyari ide baru..
tapi disatu sisi lagi, kan rata2 produk yg make tukul itu rata2 produk buat konsumen menengah bawah kan??(cmiiw) makanya mereka cocok mengambil tukul sebagai bintang iklannya karena lebih dekat kepada sasaran yg dituju produk
taun 2007 memang taunnya tukul kayaknya...
mana lanjutan 'wish me not...'??? did u end up with her in bed, anyway? *maksa*
wah lama2 tukul muncul terus jadi jenuh
betul ga?
lama2 bosen liat diaa mulu.
Post a Comment